1. ketika kurikulum berubah, rasanya campur aduk. Di satu sisi, ada rasa penasaran karena kurikulum baru mungkin membawa cara belajar yang lebih menarik dan relevan. Tapi, di sisi lain, muncul kebingungan apalagi kalau guru-guru dan sekolah juga masih beradaptasi, jadi proses belajarnya terasa kurang mulus.
2. Secara umum, perubahan kurikulum itu bisa jadi hal positif kalau benar-benar mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan siswa. Kurikulum harus menyiapkan siswa menghadapi tantangan di masa depan, seperti perkembangan teknologi dan kebutuhan keterampilan berpikir kritis. Jadi, perubahan itu sebenarnya baik, asal tujuannya jelas dan implementasinya dipersiapkan dengan baik.
3. Pelatihan Guru yang Lebih Matang: Guru harus lebih siap dengan metode dan konten baru, jadi pelatihan intensif sangat diperlukan sebelum kurikulum diterapkan.
Konsistensi dalam Evaluasi: Penilaian siswa harus lebih konsisten, sehingga tidak terlalu sering berubah-ubah seiring pergantian kurikulum.
Keterlibatan Siswa dan Orang Tua: Sebaiknya siswa dan orang tua dilibatkan dalam sosialisasi perubahan agar mereka tidak merasa kebingungan atau terbebani.
Fokus pada Esensi Pembelajaran: Kurikulum tidak boleh terlalu padat sehingga mengorbankan esensi belajar. Lebih baik fokus pada keterampilan dasar seperti literasi, numerasi, dan kecakapan hidup.
Waktu Adaptasi yang Cukup: Perubahan kurikulum sebaiknya tidak terlalu cepat. Siswa, guru, dan sekolah memerlukan waktu untuk benar-benar memahami dan mengimplementasikannya dengan baik.
Menurut saya, kurikulum terbaik adalah yang fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kondisi sekolah dan potensi siswa, bukan sekadar dokumen yang dipaksakan sama di seluruh tempa