Sistem ekonomi sosialis berfokus pada kepemilikan bersama atas alat produksi dan pengelolaan sumber daya oleh negara, dengan tujuan utama pemerataan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dalam praktik, prinsip-prinsip ini diterapkan melalui penguasaan negara terhadap sektor-sektor strategis, penyediaan layanan publik yang luas, dan penetapan kebijakan yang mendukung redistribusi kekayaan.
Keberhasilan negara-negara sosialis, seperti Kuba dan beberapa negara Skandinavia, terlihat dalam peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta pengurangan ketimpangan sosial. Namun, banyak juga kegagalan yang dihadapi, seperti stagnasi ekonomi, kurangnya inovasi, dan pembatasan kebebasan individu, terutama di negara-negara yang menerapkan sosialisme secara ekstrem.
Di era modern, relevansi sistem sosialis masih diperdebatkan. Beberapa elemen sosialisme, seperti kebijakan kesejahteraan dan regulasi pasar, telah diadopsi dalam sistem kapitalis untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi. Namun, ideologi sosialis murni sering kali dianggap ketinggalan zaman, terutama di negara-negara yang lebih memilih model ekonomi campuran yang menggabungkan pasar bebas dengan aspek sosial. Diskusi mengenai keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan keadilan sosial tetap menjadi isu penting, mengindikasikan bahwa prinsip-prinsip sosialis masih memiliki tempat dalam perdebatan ekonomi kontemporer.