Sistem ekonomi sosialis berlandaskan pada prinsip kesetaraan sosial, penghapusan kepemilikan individu atas alat produksi, dan pengaturan produksi serta distribusi secara kolektif oleh negara atau masyarakat. Contoh penerapan sistem ini dapat dilihat di negara-negara seperti Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur (Polandia, Jerman Timur, Cekoslovakia, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria). Sistem ini bertujuan untuk menghilangkan ketimpangan sosial dengan memastikan bahwa kekayaan dan sumber daya didistribusikan secara merata, serta memberikan akses yang sama kepada seluruh warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Keberhasilan negara-negara sosialis di antaranya adalah penghapusan ketimpangan sosial dalam akses pendidikan dan kesehatan. Uni Soviet, misalnya, menjadi kekuatan dunia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang ruang angkasa. Negara-negara Blok Timur seperti Jerman Timur juga dikenal memiliki tingkat literasi tinggi dan sistem pendidikan yang kuat. Namun, kegagalan utama sistem ini adalah stagnasi ekonomi akibat kurangnya insentif untuk inovasi dan produktivitas. Dalam sistem yang terlalu terpusat, seperti di Uni Soviet, sering terjadi pemborosan sumber daya dan distribusi yang tidak efisien. Selain itu, ketergantungan pada kontrol negara menyebabkan kekurangan barang konsumsi, yang mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Di era modern, relevansi sistem sosialis masih diperdebatkan. Meskipun prinsip kesetaraan sosial tetap penting, banyak negara kini menggabungkan elemen sosialisme dengan sistem pasar bebas untuk menciptakan keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan keadilan sosial. Contohnya adalah negara-negara Skandinavia, yang menerapkan sistem ekonomi campuran dengan fokus pada kesejahteraan sosial, tanpa sepenuhnya meninggalkan mekanisme pasar. Dengan demikian, meskipun sistem sosialis klasik mungkin tidak lagi sepenuhnya diterapkan, ide-ide dasarnya tetap relevan untuk memperbaiki ketimpangan dalam sistem ekonomi global.