1. Semangat Nasionalisme dan Kemandirian
-
Dulu: Jepang mendorong pemuda Indonesia untuk memiliki semangat nasionalisme melalui pembentukan organisasi seperti PETA dan pelatihan semi-militer.
-
Kini: Konsep ini masih relevan untuk membangun generasi muda yang mandiri, berjiwa patriotik, dan siap menghadapi tantangan global. Pendidikan kewarganegaraan dan pelatihan bela negara dapat menjadi wadah untuk menghidupkan kembali semangat ini, tetapi harus dikemas dalam bentuk modern, seperti pengembangan teknologi, inovasi, dan kewirausahaan.
2. Pemanfaatan Bahasa Indonesia
-
Dulu: Jepang mendorong penggunaan bahasa Indonesia untuk menggantikan dominasi bahasa Belanda, memperkuat identitas nasional.
-
Kini: Bahasa Indonesia tetap menjadi alat pemersatu. Tantangan saat ini adalah menjaga relevansinya di era digital dan globalisasi, misalnya dengan mendorong penggunaannya dalam teknologi, sains, dan kebudayaan populer. Penerapan konsep ini dapat diperkuat melalui literasi digital, aplikasi berbasis AI dalam bahasa Indonesia, dan promosi internasional.
3. Kemandirian Ekonomi dan Infrastruktur
-
Dulu: Jepang memanfaatkan sumber daya lokal untuk memenuhi kebutuhan perang mereka, meski dengan metode eksploitatif.
-
Kini: Prinsip memaksimalkan sumber daya lokal dapat diadopsi secara berkelanjutan. Indonesia bisa lebih fokus pada pengembangan industri lokal, ketahanan pangan, dan infrastruktur yang ramah lingkungan. Contohnya adalah mengurangi ketergantungan impor dengan mendorong produksi dalam negeri melalui inovasi teknologi.