Setidaknya ada sepuluh perbedaan antara pendidikan jasmani dengan olahraga kompetitif
(sports), yaitu ditinjau dari tujuan pengembangan, sifat pengembangan, pusat orientasi, jenis
aktivitas, perlakuan, penerapan aturan permainan, pertandingan, penilaian, partisipasi, dan
pemanduan bakat. Tujuan pendidikan jasmani diarahkan untuk pengembangan individu anak
secara menyeluruh, artinya meliputi aspek organik, motorik, emosional, dan intelektual
sedangkan pada olahraga kompetitif terbatas pada pengembangan aspek kinerja motorik yang
dikhususkan pada cabang olahraga tertentu saja. Aktivitas yang dilakukan pada pendidikan
jasmani bersifat multilateral, artinya seluruh bagian dari tubuh peserta didik dikembangkan
secara proporsional mulai dari tubuh bagian atas (upper body), bagian tubuh tengah (torso),
maupun bagian bawah (lower body). Pendidikan jasmani berupaya mengembangkan kinerja
anggota tubuh bagian kanan maupun kiri secara seimbang dan koordinatif. Pada olahraga
kompetitif hanya bagian tubuh tertentu sesuai dengan fungsi kecabangannyalah yang
dikembangkan secara optimal atau secara populer disebut sebagai spesifik.
Child oriented, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti berorientasi pada
anak memiliki makna bahwa penjas dengan segala aktivitasnya diberikan berdasarkan kebutuhan
yang diperlukan oleh anak dengan segala perbedaan karakternya. Dengan pertimbangan ini maka
kegiatan pendidikan jasmani dirancang sebagai proses dalam pemenuhan kebutuhan anak dalam
kehidupan sehari-harinya, kebutuhan kompetitif dalam menghadapi segala tantangan, dan
pengisian waktu luangnya. Pada cabang olahraga kompetitif hal tersebut tentu bukan merupakan
pertimbangan yang utama, karena yang terpenting pada olahraga kompetitif adalah dikuasainya
gerak atau teknik dasar beserta pengembangannya untuk mendukung permainan pada cabang
tersebut, sehingga materi disajikan sebagai pemenuhan atas kepentingan itu (materi) atau disebut
sebagai subject/material oriented.
Pada pendidikan jasmani seluruh kegiatan yang ada di alam semesta yang berupa kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dilakukan oleh manusia, binatang, tumbuhan, atau
bahkan mesin yang bergerak dapat digunakan sebagai materi pembelajaran gerak. Aktivitas yang
dapat digunakan sebagai materi gerak dalam olahraga kompetitif terbatas pada teknik-teknik
yang ada pada olahraga yang bersangkutan, atau pada spesifik kecabangannya.
Seluruh anak memiliki tingkat kecepatan yang bervariasi dalam pembelajaran, termasuk di
dalamnya pembelajaran Penjas. Anak dengan kecepatan pembelajaran yang kurang baik
95
(lamban) harus diperhatikah secara lebih khusus sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada olahraga kompetitif,
anak yang memiliki kelambanan ini akan ditinggalkan karena hanya menghambat proses
pembelajaran, dan mengganggu pencapaian prestasi tinggi yang diinginkan.