Studi Kasus1: "Pandangan Ideologi Adam Smith dan Karl Max"

Studi Kasus1: "Pandangan Ideologi Adam Smith dan Karl Max"

Studi Kasus1: "Pandangan Ideologi Adam Smith dan Karl Max"

Number of replies: 0

Tujuan Studi Kasus: Mahasiswa Dapat menjelaskan perbedaan pandangan Idiologi Adam Smith dan Karl Marx

Ada sebuah buku sederhana berjudul “Definition of the Most Basic European Values and Their Significance for Our Modern Society,” (karya dari: Creative Commons, European Values). Dalam buku ini digambarkan bahwa bagi masyarakat Barat modern di Eropa, terdapat enam nilai yang dipandang paling fundamental, yang terbangun seperti tangga piramida. Tingkatan mulai dari paling bawah ke atas adalah sebagai berikut: 

1.     humanisctic thinking,

2.     rationality,

3.     secularity,

4.     rule of law,

5.     democracy, dan 

6.     human rights. 

 Keenam tingkatan ini sekaligus menunjukkan langkah-langkah yang telah dicapai oleh masyarakat Eropa berupa “humanistic world-view” (Weltanschauung) mereka sekarang ini.

Tatkala kita berbicara tentang filsafat dalam ranah kewilayahan, maka biasanya orang membedakan dua area geografis luas, Barat dan Timur. Umumnya filsafat Barat lebih dekat dengan pengertian filsafat sebagai proses, sementara filsafat Timur cenderung memahami filsafat sebagai produk. Kedua kawasan ini sebenarnya memiliki panorama yang sama menariknya. Namun ironisnya, karena filsafat kerap diajarkan sebagai materi perkuliahan di perguruan tinggi yang menuntut pendekatan ilmiah, kerapkali tolok ukurnya harus berangkat dari filsafat sebagai proses (genetivus objectivus). Akibatnya, diskursus tentang filsafat Timur pun akhirnya harus mengalah mengikuti tolok ukur filsafat Barat. Untuk membuktikan tendensi di atas, kita dapat melacak pada perjalanan diakronik filsafat Timur, misalnya filsafat India dan China. Beberapa buku membagi sejarah filsafat India menjadi sedikitnya lima periode, yaitu:

1.     zaman Weda (2000-600 SM),

2.     zaman Skeptisisme (600 SM-300),

3.     zaman Puranis (300-1200),

4.     zaman Muslim (1200-1757), dan

5.     zaman modern (setelah 1757). Lalu, filsafat China dibedakan menjadi:

·       zaman Klasik (600-200 SM),

·       zaman Neotaoisme & Budhisme (200 SM-1000),

·       zaman Neokonfusianisme (1000-1900), dan

·       zaman modern (setelah 1900)

Menjadi pertanyaan, mengapa semua periodisasi di atas harus dinyatakan berakhir di zaman modern?

Sumber: https://business-law.binus.ac.id/2016/06/20/filsafat-timur-dalam-perspektif-barat/