Diskusi Sesi Ke-4

menjawab pertanyaan sesi-4

menjawab pertanyaan sesi-4

by WIWIT ANDRIANI -
Number of replies: 7

1. Pendekatan Pembelajaran dan Kaitannya dengan Pengembangan Keterampilan Berbahasa dan Karakter

 

a. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning - CTL)

 

Pendekatan CTL menekankan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata siswa. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Membuat materi pelajaran bermakna: Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman dan lingkungan siswa. Contohnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menggunakan cerita rakyat lokal sebagai bahan ajar.

- Mengaitkan materi dengan isu terkini: Membahas topik-topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat, seperti isu lingkungan atau sosial, dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.

- Memberikan kesempatan siswa untuk belajar langsung dari pengalaman: Melakukan kunjungan lapangan, wawancara, atau eksperimen untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.

 

b. Pendekatan Komunikatif

 

Pendekatan komunikatif menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk berinteraksi: Membimbing siswa untuk aktif bertanya, menjawab, dan berdiskusi dalam pembelajaran.

- Membuat kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan dalam berbagai situasi.

- Menggunakan media pembelajaran yang menarik: Menggunakan media seperti video, gambar, dan permainan untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar bahasa.

 

c. Pendekatan Humanistik

 

Pendekatan humanistik menekankan pada pengembangan potensi dan kepribadian siswa. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan: Membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa, serta di antara siswa sendiri.

- Menghargai perbedaan individu: Menerima dan menghargai setiap siswa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan diri: Memfasilitasi siswa untuk berkreasi dan mengembangkan bakat dan minat mereka.

 

d. Pendekatan Integratif

 

Pendekatan integratif menekankan pada keterpaduan antar mata pelajaran. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Membuat tema pembelajaran yang terintegrasi: Menggabungkan materi dari berbagai mata pelajaran dalam satu tema. Contohnya, tema "Lingkungan Hidup" dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS.

- Menggunakan metode pembelajaran yang terpadu: Menggunakan metode pembelajaran yang dapat menggabungkan berbagai aspek keterampilan berbahasa. Contohnya, metode proyek dapat digunakan untuk menggabungkan keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan.

 

2. Strategi Pembelajaran dan Kaitannya dengan Pengembangan Keterampilan Berbahasa dan Karakter

 

a. Pembelajaran Berbasis Proyek

 

Strategi ini melibatkan siswa dalam menyelesaikan proyek yang terstruktur. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Membuat proyek yang menarik dan relevan dengan kehidupan siswa: Misalnya, membuat video tentang budaya lokal, menulis cerita pendek tentang lingkungan, atau membuat pameran tentang hasil karya siswa.

- Membimbing siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan mempresentasikan proyek: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama, berdiskusi, dan memecahkan masalah dalam menyelesaikan proyek.

- Menilai hasil proyek secara holistik: Menilai tidak hanya hasil akhir proyek, tetapi juga proses, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan siswa selama mengerjakan proyek.

 

b. Pembelajaran Kooperatif

 

Strategi ini menekankan pada kerja sama antar siswa dalam kelompok kecil. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen: Meletakkan siswa dengan berbagai kemampuan dan karakter dalam satu kelompok.

- Memberikan tugas kelompok yang menantang dan membutuhkan kerja sama: Misalnya, membuat drama, presentasi, atau debat tentang topik tertentu.

- Membimbing siswa untuk saling membantu dan belajar satu sama lain: Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain, bertoleransi, dan bertanggung jawab terhadap tugas kelompok.

 

c. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning - PBL)

 

Strategi ini melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Memilih masalah yang relevan dengan kehidupan siswa dan kontekstual: Misalnya, masalah sampah di lingkungan sekolah, masalah banjir di daerah tempat tinggal, atau masalah kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.

- Membimbing siswa untuk menganalisis masalah, mencari solusi, dan mengevaluasi hasilnya: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam mencari solusi.

- Mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil kerja mereka: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara di depan umum dan menyampaikan ide-ide mereka secara efektif.

 

d. Pembelajaran Reflektif

 

Strategi ini menekankan pada refleksi diri siswa terhadap proses dan hasil belajar. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Memberikan pertanyaan refleksi yang merangsang siswa untuk berpikir kritis: Misalnya, "Apa yang telah kamu pelajari hari ini?", "Bagaimana kamu merasa dengan pembelajaran hari ini?", "Apa yang ingin kamu pelajari lebih lanjut?".

- Memfasilitasi siswa untuk menulis jurnal refleksi: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat pengalaman belajar, perasaan, dan ide-ide mereka.

- Melakukan diskusi refleksi secara kelas: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi pengalaman dan pemikiran mereka dengan teman-teman dan guru.

 

e. Pembelajaran Berbasis Cerita

 

Strategi ini menggunakan cerita sebagai media pembelajaran. Penerapannya di SD/MI dapat dilakukan dengan:

 

- Memilih cerita yang menarik, inspiratif, dan relevan dengan materi pelajaran: Misalnya, cerita rakyat, dongeng, fabel, atau cerita inspiratif tokoh-tokoh terkenal.

- Membimbing siswa untuk menganalisis cerita, menemukan nilai moral, dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan reflektif.

- Membuat kegiatan pembelajaran yang berbasis cerita: Misalnya, membuat drama, menulis ulang cerita, atau membuat ilustrasi cerita.

 

3. Sinergi Pendekatan dan Strategi untuk Pengembangan Keterampilan Berbahasa dan Karakter

 

Penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat dapat menciptakan sinergi yang optimal dalam pengembangan keterampilan berbahasa dan karakter siswa. Berikut beberapa contoh sinergi:

 

- Pendekatan kontekstual dan strategi berbasis proyek: Guru dapat memberikan proyek yang relevan dengan kehidupan siswa dan lingkungan sekitar. Contohnya, proyek membuat video tentang budaya lokal dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

- Pendekatan komunikatif dan strategi pembelajaran kooperatif: Guru dapat membentuk kelompok kecil yang heterogen untuk berlatih berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan dalam berbagai situasi. Contohnya, kelompok siswa dapat membuat drama tentang cerita rakyat lokal.

- Pendekatan humanistik dan strategi pembelajaran berbasis masalah: Guru dapat memilih masalah yang relevan dengan kehidupan siswa dan mendorong mereka untuk mencari solusi secara kreatif dan inovatif. Contohnya, masalah sampah di lingkungan sekolah dapat dipecahkan dengan membuat program daur ulang sampah yang melibatkan seluruh siswa.

- Pendekatan integratif dan strategi pembelajaran berbasis cerita: Guru dapat menggunakan cerita sebagai media untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran. Contohnya, cerita tentang tokoh pahlawan nasional dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan PPKn.

In reply to WIWIT ANDRIANI

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by AFIFAH AFRA AMATULLAH -
Hallo kak, terima kasih jawabannya sangat membantu. Izin bertanya ya kak

Bagaimana penerapan pendekatan humanistik dapat mempengaruhi perkembangan identitas diri siswa, dan apa saja indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dampak tersebut dalam konteks pembelajaran?
In reply to AFIFAH AFRA AMATULLAH

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by NUR HALIZSAH ANDINI -
Izin menjawab pertanyaannya

Penerapan pendekatan humanistik dapat mempengaruhi perkembangan identitas diri siswa dengan cara berikut:
Pengaruh pada Perkembangan Identitas Diri

1. Peningkatan Kesadaran Diri:
- Refleksi Diri: Siswa didorong untuk merenungkan minat, kekuatan, dan tujuan pribadi mereka. Ini membantu mereka memahami siapa mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup.
2. Penghargaan terhadap Individualitas:
-Keberagaman: Guru menghargai dan mendukung keunikan setiap siswa, membantu mereka merasa diterima dan dihargai, yang memperkuat rasa identitas diri mereka.
3. Kemandirian dan Otonomi:
-Pilihan dan Keputusan: Dengan memberikan siswa kebebasan untuk memilih cara mereka belajar dan berpartisipasi dalam keputusan pembelajaran, mereka merasa lebih berdaya dan memiliki kontrol atas pembelajaran mereka sendiri.
4. Hubungan Positif:
-Dukungan Sosial: Hubungan yang positif dengan guru dan teman sekelas mendukung pengembangan kepercayaan diri dan rasa harga diri siswa.

Indikator untuk Mengukur Dampak
1. Peningkatan Kesadaran Diri:
-Jurnal Refleksi: Evaluasi tulisan reflektif siswa mengenai minat, kekuatan, dan tujuan pribadi mereka.
-Diskusi Kelas: Partisipasi siswa dalam diskusi tentang nilai-nilai dan aspirasi pribadi.
2. Penghargaan terhadap Individualitas:
-Umpan Balik dari Siswa: Survei atau wawancara untuk menilai bagaimana siswa merasa tentang penghargaan terhadap keunikan mereka di kelas.
-Proyek Pribadi: Penilaian terhadap proyek atau tugas yang memungkinkan siswa mengekspresikan identitas dan minat pribadi mereka.
3. Kemandirian dan Otonomi:
-Pilihan Pembelajaran: Jumlah dan jenis pilihan yang diberikan kepada siswa dalam proses belajar.
-Pengambilan Keputusan: Evaluasi seberapa sering siswa terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan atau proyek mereka.
4. Hubungan Positif:
-Keterlibatan Sosial: Observasi dan penilaian interaksi sosial siswa dengan guru dan teman sekelas.
-Kepuasan Sosial dan Emosional: Survei atau wawancara untuk mengukur kepuasan siswa terhadap hubungan mereka dengan guru dan teman sekelas.

Dengan memperhatikan indikator-indikator ini, guru dapat mengukur sejauh mana pendekatan humanistik mempengaruhi perkembangan identitas diri siswa dan menyesuaikan praktik pembelajaran untuk lebih mendukung pertumbuhan mereka.

Terima kasih.
In reply to NUR HALIZSAH ANDINI

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by JUMIYATI JUMIYATI -
Halo kak, ijin menanggapi jawabannya ya.

Sebelumnya terimakasih untuk jawabannya yg sangat bermanfaat. Namun ada beberapa hal yang kurang saya pahami terkait indikator dalam mengukur sejauh mana pendekatan humanistik mempengaruhi perkembangan identitas diri siswa pada indikator ke-4 yaitu hubungan positif berdasarkan jawaban dari kakak di atas, Bagaimana hubungan positif antara guru dan siswa dapat membantu perkembangan kepercayaan diri siswa? dan Bagaimana cara mengukur kepuasan sosial dan emosional siswa terkait hubungan mereka dengan guru dan teman sekelas?

Terimakasih🙏
In reply to JUMIYATI JUMIYATI

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by NUR HALIZSAH ANDINI -
Haloo ya untuk menjawab pertanyaannya

Hubungan Positif antara Guru dan Siswa serta Perkembangan Kepercayaan Diri

Hubungan yang positif antara guru dan siswa memainkan peran penting dalam perkembangan kepercayaan diri siswa. Berikut adalah bagaimana hubungan ini dapat membantu:
1. Rasa Aman dan Dukungan Emosional
-Kepercayaan Diri Melalui Dukungan: Ketika siswa merasa dihargai dan didukung oleh guru, mereka cenderung merasa lebih aman dan percaya diri dalam mengeksplorasi kemampuan mereka. Guru yang memberikan umpan balik positif dan dorongan dapat membantu siswa untuk melihat potensi diri mereka.
-Lingkungan yang Positif: Guru yang menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan non-judgmental memungkinkan siswa untuk merasa aman dalam mengekspresikan diri tanpa takut akan kritik atau penolakan.
2. Pemberdayaan Siswa
-Pengakuan atas Prestasi: Guru yang mengenali dan mengapresiasi usaha serta pencapaian siswa dapat meningkatkan rasa harga diri mereka. Ini membantu siswa merasa bahwa kerja keras mereka diakui dan dihargai, yang pada gilirannya memperkuat kepercayaan diri.
-Peluang untuk Mandiri: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka, seperti melalui proyek-proyek yang dikerjakan secara mandiri atau kolaboratif, membantu meningkatkan keyakinan mereka terhadap kemampuan diri.
3. Interaksi Positif
-Komunikasi Terbuka: Guru yang terbuka untuk mendengarkan dan memahami kebutuhan serta kekhawatiran siswa akan lebih mampu membangun kepercayaan. Siswa yang merasa didengar cenderung lebih percaya diri dalam berbicara dan berinteraksi di kelas.
-Koneksi Personal: Ketika guru berusaha mengenal siswa secara individual, siswa merasa lebih dihargai sebagai individu, bukan sekadar peserta didik. Hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri karena mereka merasa memiliki hubungan yang lebih kuat dengan guru.

Mengukur Kepuasan Sosial dan Emosional Siswa

Mengukur kepuasan sosial dan emosional siswa terkait hubungan mereka dengan guru dan teman sekelas dapat dilakukan melalui beberapa metode:
1. Survei atau Kuesioner
-Survei Kepuasan: Survei yang dirancang untuk mengukur aspek-aspek seperti rasa aman, dukungan, dan kepercayaan diri di lingkungan sekolah. Pertanyaan dapat mencakup seberapa nyaman siswa berbicara dengan guru atau apakah mereka merasa didukung oleh teman sekelas mereka.
-Skala Likert: Penggunaan skala Likert (misalnya, 1-5) untuk menilai berbagai aspek dari hubungan sosial dan emosional, seperti "Saya merasa didengar oleh guru saya" atau "Saya merasa diterima oleh teman-teman saya".
2. Wawancara atau Diskusi Kelompok
-Wawancara Individu: Wawancara mendalam dengan siswa dapat memberikan wawasan yang lebih rinci tentang perasaan mereka terhadap hubungan dengan guru dan teman sekelas. Ini juga memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah atau kekhawatiran spesifik.
-Diskusi Kelompok Terfokus: Mengadakan diskusi kelompok kecil dengan siswa untuk mengeksplorasi perasaan dan pengalaman mereka secara lebih mendalam. Ini juga bisa menjadi kesempatan bagi siswa untuk berbagi solusi atau strategi untuk memperbaiki hubungan di kelas.
3. Observasi Kelas
-Observasi Interaksi: Mengamati interaksi sehari-hari di kelas dapat memberikan informasi tentang dinamika hubungan antara siswa dan guru serta antar siswa. Aspek yang diamati bisa termasuk frekuensi dan kualitas interaksi, keterlibatan siswa, dan tanda-tanda kepercayaan diri atau sebaliknya.
4. Penilaian Diri (Self-Assessment)
-Jurnal Reflektif: Meminta siswa untuk menulis jurnal reflektif tentang perasaan mereka terhadap hubungan dengan guru dan teman sekelas. Ini dapat mengungkapkan perasaan yang mungkin tidak muncul dalam survei atau wawancara.
5. Indikator Perilaku
-Kehadiran dan Partisipasi: Tingkat kehadiran siswa dan partisipasi aktif mereka dalam kegiatan kelas dapat menjadi indikator kepuasan sosial dan emosional mereka.
-Kondisi Emosional: Perubahan dalam perilaku atau kondisi emosional, seperti penarikan diri atau peningkatan agresi, bisa menjadi tanda bahwa hubungan sosial atau emosional tidak memuaskan.

Dengan metode-metode ini, guru dan pihak sekolah dapat lebih memahami dan meningkatkan pengalaman sosial dan emosional siswa, yang pada akhirnya mendukung pengembangan kepercayaan diri mereka.

Terima kasih.
In reply to NUR HALIZSAH ANDINI

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by JUMIYATI JUMIYATI -
Wahh dari sini kita dapat belajar bersama ya, selain merencanakan dan menerapkan metode, model, pendekatan, strategi, media dan lain-lain ternyata sangat penting juga sebagai guru memberikan rasa aman dan dukungan emosional kepada siswa, menciptakan lingkungan belajar yang positif serta mengapresiasi segala bentuk perkembangan siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri, bebas berekspresi dan siswa merasa nyaman dan aman sehingga suasa hati siswa juga dapat meningkatkan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Terimakasih untuk ilmunya yg bermanfaat.
In reply to JUMIYATI JUMIYATI

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by NUR HALIZSAH ANDINI -
Nah iyaa karena itulah kenapa kita juga harus bisa menjadi seorang guru yang peka terhadap kondisi dan perkembangan siswa.
In reply to AFIFAH AFRA AMATULLAH

Re: menjawab pertanyaan sesi-4

by WIWIT ANDRIANI -
Sebelumnya izinkan saya menjelaskan bahwa pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada pengembangan potensi dan keunikan setiap individu. Pendekatan ini berfokus pada emosi, motivasi, dan perkembangan diri siswa, bukan hanya pada penguasaan materi pelajaran.

Pendekatan humanistik menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, menghargai, dan memberdayakan siswa. Hal ini memungkinkan mereka untuk:

- Mengeksplorasi diri: Pendekatan humanistik mendorong siswa untuk mengungkapkan diri mereka sendiri, mengembangkan bakat, dan menemukan minat mereka.
- Membangun kepercayaan diri: Dengan menerima dan menghargai individualitas siswa, pendekatan humanistik membantu mereka merasa diterima, dihargai, dan berani untuk mengekspresikan diri.
- Menemukan makna dan tujuan: Pendekatan ini mendorong siswa untuk mencari makna dalam pembelajaran dan menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan mereka sendiri.

Berikut beberapa contoh penerapan pendekatan humanistik dalam pembelajaran:

- Pembelajaran berbasis proyek: Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek yang bermakna bagi mereka.
- Pembelajaran berbasis masalah: Siswa mencari solusi untuk masalah nyata yang relevan dengan kehidupan mereka.
- Pembelajaran reflektif: Siswa merenungkan pengalaman belajar mereka dan menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-nilai pribadi mereka.
- Pembelajaran kolaboratif: Siswa berkolaborasi dengan guru dan teman sekelas untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menghargai perbedaan.

Indikator Pengukuran Dampak Pendekatan Humanistik terhadap Perkembangan Identitas Diri

Untuk mengukur dampak pendekatan humanistik terhadap perkembangan identitas diri siswa, beberapa indikator dapat digunakan, seperti:

- Meningkatnya rasa percaya diri: Siswa menunjukkan keberanian untuk berpendapat, berpartisipasi aktif dalam kelas, dan mengungkapkan ide-ide mereka.
- Meningkatnya kesadaran diri: Siswa mengenal diri mereka sendiri dengan lebih baik, termasuk kekuatan, kelemahan, nilai, dan tujuan hidup mereka.
- Meningkatnya rasa kepemilikan: Siswa merasa memiliki proses pembelajaran dan bertanggung jawab atas perkembangan mereka sendiri.
- Meningkatnya motivasi intrinsik: Siswa termotivasi untuk belajar karena minat dan kepuasan yang mereka dapatkan, bukan karena tekanan eksternal.
- Meningkatnya kemampuan interpersonal: Siswa mampu berkomunikasi dengan baik, berkolaborasi, dan bekerja sama dengan orang lain.