Penghilangan atau penambahan fonem dalam bahasa Indonesia dapat memberikan dampak signifikan terhadap makna dan pengucapan sebuah kata. Berikut penjelasan bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi:
1. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem tertentu seperti /a/, /h/, atau /k/ dapat mengubah arti atau pengucapan kata secara drastis.
•Penghilangan /a/: Fonem /a/ sering kali berperan sebagai vokal utama dalam kata. Jika dihilangkan, kata tersebut dapat kehilangan maknanya atau berubah menjadi bentuk yang tidak bermakna.
•Contoh:
•“kata” menjadi “kat”, yang tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia.
•“suka” menjadi “suk”, yang kehilangan maknanya.
•Penghilangan /h/: Fonem /h/ sering kali terdapat di awal, tengah, atau akhir kata. Penghilangan /h/ dapat mengubah arti kata atau membuat kata menjadi tidak sah dalam sistem bahasa.
•Contoh:
•“hari” (siang dalam 24 jam) menjadi “ari”, yang tidak memiliki makna.
•“hantu” menjadi “antu”, yang merupakan bentuk yang berbeda dari aslinya.
•Penghilangan /k/: Fonem /k/ di akhir kata dalam bahasa Indonesia biasanya menandakan bentuk singkat atau imperatif. Jika dihilangkan, kata bisa berubah makna.
•Contoh:
•“pak” (sapaan) menjadi “pa”, yang lebih informal dan kurang tepat sebagai sapaan resmi.
•“titik” (tanda baca) menjadi “titi”, yang berbeda maknanya (nama atau benda).
2. Penambahan Fonem
Penambahan fonem seperti /a/, /e/, atau /h/ pada sebuah kata juga dapat mempengaruhi struktur kata, pengucapan, atau maknanya.
•Penambahan /a/: Penambahan vokal /a/ dapat membentuk kata baru atau memberikan penekanan yang berbeda.
•Contoh:
•“kat” menjadi “kata” (bermakna: satuan bahasa).
•“ran” menjadi “rana”, yang mungkin merujuk pada “arena” (meskipun lebih jarang dipakai).
•Penambahan /e/: Penambahan fonem /e/ sering kali digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk memodifikasi kata atau memberikan nuansa yang berbeda.
•Contoh:
•“buk” menjadi “buku” (benda yang dapat dibaca).
•“man” menjadi “mana” (kata tanya atau penunjuk tempat).
•Penambahan /h/: Fonem /h/ pada awal atau akhir kata bisa mengubah nuansa atau menambahkan arti tertentu.
•Contoh:
•“apa” menjadi “hapal” (mengetahui dengan baik).
•“adi” menjadi “hadir” (datang ke suatu tempat).
Dampak pada Struktur Kata
•Penambahan atau penghilangan fonem dapat mengubah kelas kata (misalnya, kata benda menjadi kata kerja) atau fungsi gramatikal.
•Contoh:
•“sepak” (kata kerja) menjadi “sepak bola” (kata benda: olahraga).
•Penambahan “h” di kata seperti “hanya” memperjelas fungsi sebagai kata keterangan pembatas.
•Penghilangan /k/ di akhir kata dapat mengubah bentuk formal menjadi bentuk kasual dalam bahasa sehari-hari.
•Contoh:
•“tidak” menjadi “tidak” atau “tak”, di mana “tak” lebih kasual dan sering digunakan dalam percakapan informal.
Secara keseluruhan, baik penghilangan maupun penambahan fonem dalam bahasa Indonesia tidak hanya mengubah pengucapan tetapi juga bisa berdampak pada perubahan makna kata. Hal ini penting dalam komunikasi sehari-hari karena salah satu perubahan kecil dapat menyebabkan kesalahpahaman.
PERTANYAAN:
Dalam konteks bahasa sehari-hari, bagaimana penghilangan fonem /k/ di akhir kata, seperti pada “tidak” menjadi “tak”, mempengaruhi gaya bahasa atau tingkat kesopanan?