Penghilangan fonem seperti a, h, atau k dalam suatu kata dapat mengubah pengucapan dan bahkan arti kata tersebut secara signifikan. Berikut beberapa dampaknya:
Perubahan Fonologis:
Fonem a: Menghilangkan vokal seperti a bisa menyebabkan kata terdengar lebih pendek atau terputus. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata makan akan menjadi mkn tanpa vokal a, yang bisa mengganggu kejelasan.
Fonem h: H biasanya diucapkan sebagai konsonan yang lebih halus (glotal). Menghilangkan h dapat membuat pengucapan terdengar lebih ringan. Contoh, hati tanpa h menjadi ati, yang masih bisa dimengerti, tetapi dengan nuansa dialek yang berbeda (misalnya dalam beberapa bahasa daerah).
Fonem k: K sering kali digunakan untuk menutup kata dengan bunyi tegas (plosive). Jika k dihilangkan, kata tersebut mungkin akan terdengar lebih terbuka atau lembut. Contohnya, bapak tanpa k menjadi bapa, yang umum di dialek tertentu, namun secara standar terdengar berbeda.
Perubahan Arti atau Ambiguitas:
Penghilangan fonem bisa menyebabkan perubahan makna. Misalnya, menghilangkan k pada bapak bisa membuatnya terdengar seperti bapa, yang mungkin menunjukkan dialek tertentu atau malah dianggap sebagai kata yang berbeda dalam beberapa konteks.
Fonem h sering kali menentukan kata yang berbeda. Contoh, hantu dan antu bisa dianggap sebagai dua hal berbeda, walaupun terdengar mirip.
Pengaruh Dialek atau Logat:
Penghilangan fonem juga sering terjadi pada variasi dialek. Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, penghilangan h di awal kata seperti pada hujan menjadi ujan adalah hal umum. Ini dapat mencerminkan karakteristik regional dari pengucapan kata tersebut.
Jadi, penghilangan fonem bisa berakibat pada perubahan pengucapan, makna, atau bahkan dialek sebuah kata, tergantung pada konteks dan fonem yang.