1. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem dapat menyebabkan hilangnya makna atau perubahan makna suatu kata. Ini sering terjadi dalam situasi informal atau dalam dialek tertentu. Contoh:
- Kata buku.: Jika fonem /b/ dihilangkan, menjadi "uku" yang tidak berarti.
- Kata hati. Tanpa fonem /h/, menjadi "ati." Dalam beberapa konteks, "ati" dapat berarti "berani" (dari dialek tertentu) atau tidak memiliki makna yang jelas.
- Kata suka. Jika /s/ dihilangkan, menjadi "uka," yang tidak memiliki arti.
- Kata tiga. Jika /t/ dihilangkan, menjadi "iga", yang memiliki makna sangat berbeda.
2. Penambahan Fonem
Penambahan fonem dapat menciptakan kata baru atau mengubah arti dari kata yang sudah ada. Proses ini sering terjadi dalam pembentukan kata baru melalui afiksasi atau dalam bahasa gaul. Contoh:
- Kata bisa. Dengan menambahkan /a/, menjadi "biasa". Di sini, penambahan fonem mengubah kata menjadi memiliki makna yang berbeda.
- Kata api. Dengan menambahkan /h/ di depan, menjadi "hapi," yang bukan kata dalam bahasa baku tetapi bisa muncul dalam bahasa gaul.
- Kata buka. Dengan menambahkan /k/ di belakang, menjadi "bukak" yang bukan kata dalam bahasa baku.
-Kata kita. Dengan menambahkan /b/ di belakang, menjadi "kitab" yang memiliki makna berbeda.
3. Perubahan Fonem
Perubahan fonem mengacu pada penggantian satu fonem dengan fonem lain, yang dapat menyebabkan perubahan makna atau menghasilkan kata yang tidak dikenal. Contoh:
- Kata kaki. Jika fonem /k/ diubah menjadi /g/, menjadi "gaki," yang tidak memiliki makna dalam konteks biasa.
- Kata kaki. Jika fonem /k/ diubah menjadi/d/, menjadi "daki" yang memiliki makna berbeda.
- Kata tiga. Jika /t/ diubah menjadi /g/, menjadi "giga," yang memiliki arti berbeda.
- Kata bisa. Jika /s/ diubah menjadi /k/, menjadi "bika," yang juga tidak memiliki makna.
- Kata satu. Jika /a/ diubah menjadi /e/, menjadi "setu," yang merujuk pada sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan angka.