Diskusi dan Tanya Jawab

Juwita Panca Pratiwi (2388201018)

Juwita Panca Pratiwi (2388201018)

oleh DAFFA IBRIYAN SAPUTRA -
Jumlah balasan: 0

Jika penghapusan fonem terjadi, maka akan mengubah arti dari kata tersenut.

Contoh:

1. Penghapusan fonem "a" pada kata "kita" apabila fonem "a" di hapus atau hilang menjadi "kit" maka, makna akan berubah menjadi rumah tempat berjualan.

2. Penghapusan fonem "h" terjadi pada kata "hampar" menjadi "ampar" yang memiliki buka lebar-lebar. Sedangkan, pada kata "ampar" memiliki arti helaian benih padi.

3. Penghapusan fonem "k" contohnya pada kata "kapas" menjadi "apas".

Dampak dari penambahan fonem sering terjadi didalam kata sehari-hari yang mengakibatkan makna atau arti pada kata tersebut tidak jelas dan menjadi tidak baku.

Contoh:

1. Penambahan fonem "a" pada kata "Mak" yang dimana kata mak yaitu sapaan untuk seorang ibu. Tetapi, karena penambahan fonem "a" di akhir menjadi "maka" dapat merubah makna dari kata tersebut.

2. Penambahan fonem "e" pada kata "mantra" di tambah kan fonem "e" maka akan menjadi "mantera" sehingga kata ini menjadi tidak baku.

3. Penambahan fonem "h" pada kata silakan menjadi "silahkan" sehingga menjadi kata tidak baku.

Dampak dari penambahan fonem-fonem ini menjadi hal yang sudah lumrah digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tanpa kita sadari kata-kata yang di tambahkan fonem akan menjadi kurang tepat di gunakan dalam konteks bahasa.

 

Pertanyaan:

Kita ketahui bersama, pada dasarnya sering kali di kehidupan sehari-hari saat kita berkomunikaai masih sangat sering melakukan penambahan dan penghilangan fonem pada kata. Yang mana kesalahan itu sering kita lakukan pada saat kita menggunakan bahasa ibu di kehidupan sehari-hari. 

Saya ingin meminta tips kepada teman-teman semua, adakah tips agar merubah kebiasaan kita dalam berkomunikasi khusus nya di dalam bahasa Indonesia supaya tidak terjadi kesalahan dalam berbahasa/berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tertulis.