Kerusakan bahan pangan dapat sangat mempengaruhi proses pengolahan pangan karena bahan yang rusak sering kali kehilangan kualitasnya, seperti tekstur, rasa, aroma, dan nilai gizinya. Bahan pangan yang rusak, seperti sayuran yang membusuk atau daging yang sudah terkontaminasi, tidak hanya berisiko membahayakan kesehatan konsumen, tetapi juga dapat merusak hasil akhir dari produk olahan. Bahan pangan yang rusak bisa menyebabkan hasil pengolahan tidak sesuai standar, baik dari segi estetika maupun keamanan pangan. Misalnya, buah yang membusuk dapat menyebabkan produk jus menjadi asam atau beraroma tidak sedap. Selain itu, kontaminasi mikroorganisme pada bahan pangan dapat menyebar selama proses pengolahan, sehingga meningkatkan risiko produk terkontaminasi patogen.
Untuk menangani kerusakan bahan pangan, penting dilakukan tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat sejak awal. Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan, seperti pertumbuhan mikroba, oksidasi, perubahan enzimatis, dan kerusakan fisik, dapat diminimalisir melalui pengawetan, pendinginan, pengemasan kedap udara, serta proses penyimpanan yang baik. Misalnya, pendinginan pada suhu yang sesuai dapat memperlambat pertumbuhan bakteri, sementara pengemasan yang baik dapat melindungi bahan pangan dari kelembaban dan oksigen yang bisa memicu oksidasi. Penanganan higienis juga penting selama pemanenan, transportasi, dan penyimpanan untuk mengurangi risiko kontaminasi dan memastikan bahan pangan tetap dalam kondisi baik sebelum diolah.