Opini di atas memberikan wawasan yang baik tentang penerapan teori pembelajaran kognitif, konstruktivis, dan behavioristik di dalam kelas. Pendekatan kognitif yang mengaitkan materi baru dengan pengalaman sehari-hari peserta didik memang sangat efektif dalam membantu mereka memahami konsep yang abstrak, seperti dalam contoh pengajaran matematika menggunakan jual beli di warung. Selain itu, pembagian materi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil, serta penggunaan berbagai media, akan membantu siswa dalam memproses dan menyimpan informasi lebih baik. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan integrasi ketiga pendekatan tersebut secara holistik. Misalnya, pengajaran berbasis konstruktivis dapat dipadukan dengan elemen behavioristik, seperti memberikan umpan balik positif setelah siswa berpartisipasi dalam diskusi atau proyek. Ini tidak hanya akan meningkatkan motivasi siswa, tetapi juga membantu mereka merasa lebih percaya diri dalam belajar. Selain itu, dalam konteks teknologi yang semakin berkembang, metode pembelajaran blended (gabungan antara pembelajaran tatap muka dan daring) bisa menjadi cara yang efektif untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dan memanfaatkan sumber daya digital yang tersedia. Menggali lebih dalam mengenai peran emosi dalam pembelajaran juga bisa memperkaya diskusi ini. Menurut teori pembelajaran sosial, interaksi sosial dan pengaruh emosi sangat mempengaruhi proses belajar. Ketika siswa merasa aman dan dihargai dalam lingkungan belajar, mereka cenderung lebih terbuka untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan berkolaborasi dengan teman-teman mereka. Oleh karena itu, menciptakan iklim kelas yang positif sangat penting dalam mendukung penerapan berbagai teori pembelajaran.