FORUM DISKUSI PERTEMUAN 14

Tantangan tantangan ini diperlukan pendekatan yang sensitif terhadap konteks lokal

Tantangan tantangan ini diperlukan pendekatan yang sensitif terhadap konteks lokal

by SITI KARTIKA FATMAWATI -
Number of replies: 0

1). 1. Pelestarian Identitas Budaya: Globalisasi seringkali membawa budaya asing yang dapat mempengaruhi identitas lokal. Dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam pendidikan kewarganegaraan, generasi muda dapat memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal mereka, yang pada gilirannya memperkuat rasa cinta tanah air.

 

 

2. Menumbuhkan Rasa Kebersamaan: Kearifan lokal mengajarkan pentingnya gotong-royong, toleransi, dan saling menghargai yang sangat relevan dengan semangat kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai ini dapat menjadi dasar yang kuat untuk membangun solidaritas dalam masyarakat yang majemuk.

 

 

3. Menghadapi Tantangan Global: Dalam dunia yang semakin terhubung, menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan konflik antarbudaya, kearifan lokal dapat memberikan solusi berbasis pada pemahaman lokal yang seringkali lebih relevan dan berkelanjutan.

 

 

 

Tantangan terbesar dalam mengintegrasikan kearifan lokal dalam pendidikan kewarganegaraan:

 

1. Globalisasi yang Menggerus Budaya Lokal: Banyak masyarakat yang semakin terpengaruh oleh budaya global yang lebih dominan, terutama melalui media sosial dan teknologi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan minat terhadap nilai-nilai lokal yang dianggap ketinggalan zaman atau tidak relevan lagi.

 

 

2. Kurangnya Pengakuan dan Dukungan: Di beberapa tempat, kearifan lokal seringkali kurang dihargai oleh sistem pendidikan formal yang lebih menekankan pada kurikulum yang bersifat nasional atau internasional. Kurangnya pelatihan bagi guru untuk mengajarkan kearifan lokal juga menjadi hambatan.

 

 

3. Perbedaan Pemahaman Kearifan Lokal: Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, dan seringkali ada perbedaan interpretasi tentang apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan bagaimana cara menyampaikannya dalam konteks pendidikan yang inklusif.

2). Tantangan terbesar dalam mengimplementasikan proyek citizenship berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut:

 

1. Ketidakseragaman dalam Pemahaman Kearifan Lokal: Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, dengan kearifan lokal yang berbeda di setiap daerah. Menyusun kurikulum atau program kewarganegaraan yang dapat mencakup dan menghormati berbagai tradisi serta nilai lokal tanpa mengabaikan prinsip kebangsaan yang lebih luas merupakan tantangan besar. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memastikan bahwa proyek tersebut inklusif dan tidak bias terhadap satu kelompok atau budaya tertentu.

 

 

2. Kurangnya Dukungan dan Pelatihan bagi Guru: Banyak guru yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang kearifan lokal atau belum dilatih untuk mengintegrasikannya dalam pembelajaran kewarganegaraan. Tanpa pelatihan yang memadai, mereka mungkin kesulitan untuk menyampaikan materi yang menghubungkan nilai-nilai lokal dengan konsep-konsep kewarganegaraan yang lebih universal.

 

 

3. Dominasi Globalisasi dan Modernisasi: Di tengah arus globalisasi yang sangat kuat, nilai-nilai budaya lokal seringkali dianggap kuno atau kurang relevan, terutama oleh generasi muda. Media massa, teknologi, dan budaya populer dapat mengikis minat terhadap kearifan lokal, sehingga sulit untuk menarik perhatian mereka dalam proyek kewarganegaraan berbasis nilai lokal.

 

 

4. Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur: Implementasi proyek kewarganegaraan berbasis kearifan lokal memerlukan sumber daya yang memadai, baik dalam hal pendanaan, materi ajar, maupun fasilitas untuk pelatihan. Di daerah-daerah yang kurang berkembang, akses terhadap sumber daya ini bisa sangat terbatas, sehingga menghambat keberhasilan proyek tersebut.

 

 

5. Perbedaan Prioritas di Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam hal pendidikan dan pengetahuan nilai kewarganegaraan