"Topeng Nalar" adalah sebuah cerpen yang menggambarkan pergulatan batin dan konflik internal yang dihadapi oleh pengarang atau tokoh dalam cerita. Dalam memahami kaitan antara karya sastra dan segi kejiwaan pengarang, kita bisa melihat bagaimana pengalaman, perasaan, serta kondisi psikologis pengarang tercermin dalam karya yang dihasilkannya.
Karya sastra sering kali menjadi cerminan dari kondisi kejiwaan pengarang. Melalui tokoh-tokoh, tema, serta konflik yang diangkat, kita dapat melihat bagaimana pengarang mengolah pemikiran dan perasaannya. Sebagai contoh, dalam cerpen "Topeng Nalar", konflik yang terjadi di dalam diri tokoh bisa jadi merupakan manifestasi dari kondisi psikologis pengarang itu sendiri, yang mungkin mengalami perasaan bingung, tertekan, atau mengalami pertentangan antara realitas dan ilusi dalam hidup.
Secara lebih mendalam, segi kejiwaan pengarang bisa terwujud dalam cara mereka menggambarkan realitas atau emosi tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Emosi yang dituliskan dalam karya sastra sering kali mencerminkan keadaan batin pengarang, baik secara sadar maupun tidak sadar. Karya sastra bukan hanya hasil imajinasi semata, tetapi juga bisa menjadi cermin dari kondisi mental, pemikiran, dan perasaan pengarang pada saat itu.
Secara keseluruhan, kaitan antara karya sastra dan segi kejiwaan pengarang menunjukkan bahwa sastra bisa menjadi sarana ekspresi dan pengungkapan diri bagi pengarang, serta bisa memberikan pemahaman lebih dalam tentang apa yang mungkin dialami atau dirasakan oleh mereka.