Perbedaan utama antara job order costing dan process costing terletak pada cara pengumpulan dan perhitungan biaya produksi. Job order costing digunakan untuk menghitung biaya produksi berdasarkan pesanan spesifik dari pelanggan, di mana setiap job atau pesanan diidentifikasi secara terpisah. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melacak semua biaya yang terkait dengan setiap pekerjaan, termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Sebaliknya, process costing digunakan dalam produksi massal di mana produk melewati beberapa proses atau tahapan yang seragam. Dalam metode ini, biaya dikumpulkan berdasarkan proses dan kemudian dibagi rata ke semua unit yang dihasilkan, sehingga menghasilkan biaya per unit yang konstan.
Dari segi fokus produksi, job order costing lebih cocok untuk industri yang memproduksi barang sesuai permintaan spesifik, seperti pabrik konstruksi atau perusahaan manufaktur alat khusus. Di sisi lain, process costing lebih umum digunakan di industri dengan produksi berkelanjutan dan output yang homogen, seperti industri makanan dan minuman atau tekstil. Dalam job order costing, setiap pesanan memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi biaya, sedangkan dalam process costing, biaya dihitung berdasarkan rata-rata dari seluruh proses produksi.
Secara keseluruhan, pemilihan antara job order costing dan process costing tergantung pada jenis industri dan cara perusahaan memproduksi barang. Jika produk dibuat berdasarkan permintaan spesifik dengan variasi tinggi, job order costing adalah pilihan yang tepat. Namun, jika produk diproduksi secara massal dengan proses yang seragam dan berkelanjutan, maka process costing lebih sesuai untuk digunakan.