Diskusi dan Tanya Jawab

Intan Wandanita (2388201025)

Intan Wandanita (2388201025)

by INTAN WANDA NITA -
Number of replies: 0

Penghilangan atau penambahan fonem dalam bahasa Indonesia dapat secara signifikan mengubah arti atau pengucapan sebuah kata. Fonem adalah satuan terkecil dari bunyi yang dapat membedakan arti kata. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh penghilangan dan penambahan fonem, serta contoh-contohnya:

1. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem, baik di awal, tengah, atau akhir kata, dapat menghasilkan perubahan arti kata atau bahkan membuat kata tersebut menjadi tidak bermakna. Dalam beberapa kasus, penghilangan fonem juga dapat memperpendek atau menyederhanakan pengucapan dalam bahasa lisan sehari-hari.

• Penghilangan /a/:
• Kata asli: “bawa” (membawa sesuatu)
• Setelah penghilangan: “baw” (tidak bermakna)
Dampak: Penghilangan fonem vokal seperti /a/ di akhir kata dapat menyebabkan kata tersebut kehilangan makna.
• Penghilangan /h/:
• Kata asli: “lihat” (melihat)
• Setelah penghilangan: “liat” (berarti kenyal atau lengket)
Dampak: Penghilangan konsonan seperti /h/ dapat membuat kata berubah makna menjadi kata lain yang sudah ada, seperti pada contoh di atas, yang menunjukkan perubahan makna total.
• Penghilangan /k/ (sering terjadi dalam bahasa sehari-hari, terutama di akhir kata):
• Kata asli: “tidak” (negasi)
• Setelah penghilangan: “tidak” → “tidak” atau “tidak” → “tida” (dalam bahasa informal)
Dampak: Penghilangan /k/ di akhir kata dalam bahasa lisan biasanya hanya mengubah aspek pengucapan dan keformalan, tetapi makna tidak berubah.

2. Penambahan Fonem
Penambahan fonem ke dalam sebuah kata dapat menyebabkan perubahan arti kata, mempertegas makna, atau membuat kata menjadi bentuk yang tidak baku. Penambahan ini bisa berupa vokal atau konsonan yang disisipkan ke dalam struktur kata asli.

• Penambahan /a/:
• Kata asli: “serbu” (menyerang)
• Setelah penambahan: “serbuan” (aksi menyerang)
Dampak: Penambahan vokal atau fonem dalam kata ini mengubah kata kerja menjadi kata benda, yang seringkali digunakan untuk menunjukkan suatu tindakan atau hasil.
• Penambahan /e/:
• Kata asli: “batu” (mineral keras)
• Setelah penambahan: “batu-batu” atau “berbatu” (banyak batu, mengandung batu)
Dampak: Penambahan fonem /e/ dalam beberapa kasus dapat mengubah kata benda menjadi bentuk yang lebih mendeskripsikan sifat atau kondisi tertentu (seperti berisi atau penuh).
• Penambahan /h/:
• Kata asli: “asa” (harapan)
• Setelah penambahan: “hasrat” (keinginan kuat)
Dampak: Penambahan konsonan /h/ di awal kata bisa mempertegas atau menambah makna kata menjadi lebih mendalam atau spesifik.

3. Contoh Lain Perubahan Fonem
• Perubahan Fonem:
• /k/ menjadi /ʔ/ (glotal stop):
• Kata asli: “makan”
• Dalam bahasa lisan informal: “maʔan” (penghilangan /k/ di tengah diucapkan dengan glotal stop)
Dampak: Pengucapan dengan fonem glotal stop ini lazim di beberapa dialek daerah, seperti di Betawi atau Jawa.
• Penghilangan Fonem di Akhir Kata (seperti dalam dialek tertentu):
• Kata asli: “hidup”
• Setelah penghilangan: “hidu’” (penghilangan /p/ di akhir kata)
Dampak: Dalam bahasa lisan sehari-hari, penghilangan konsonan terakhir bisa menghasilkan variasi pengucapan tanpa mengubah makna secara signifikan, tetapi bisa menunjukkan aspek regional atau dialek tertentu.