Perbedaan antara kesalahan berbahasa dan kekeliruan berbahasa dapat dijelaskan dari sudut pandang sumber penyebabnya:
Kesalahan Berbahasa (Error):
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang tidak tepat akibat kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang aturan bahasa yang benar. Kesalahan ini terjadi secara sistematis dan konsisten karena penutur belum memahami kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Dengan kata lain, sumber dari kesalahan berbahasa adalah keterbatasan kompetensi atau kemampuan bahasa dari penutur itu sendiri.
Misalnya, seorang pembelajar bahasa yang masih baru mungkin selalu menggunakan kata kerja tanpa memperhatikan bentuk waktunya karena dia belum memahami aturan tata bahasa terkait.
Kekeliruan Berbahasa (Mistake):
Kekeliruan berbahasa adalah penyimpangan dalam penggunaan bahasa yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kelelahan, gangguan konsentrasi, atau kelupaan, bukan karena kurangnya pengetahuan tentang aturan bahasa. Kekeliruan ini bersifat tidak konsisten dan dapat diperbaiki oleh penutur jika mereka menyadarinya.
Contohnya, seorang pembicara yang sudah fasih dalam bahasa tertentu mungkin sesekali salah mengucapkan kata atau membuat kesalahan dalam struktur kalimat karena tergesa-gesa atau kurang fokus.
Dengan demikian, sumber kesalahan berbahasa terletak pada kurangnya pemahaman atau kompetensi bahasa, sedangkan sumber kekeliruan berbahasa adalah faktor situasional yang mempengaruhi performa penggunaan bahasa
Penghilangan atau penambahan fonem dalam kata-kata bahasa Indonesia dapat sangat memengaruhi arti atau pengucapan kata-kata tersebut. Berikut penjelasan mengenai kedua proses tersebut:
1. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem adalah proses di mana bunyi atau suara tertentu dalam kata dihilangkan. Dalam bahasa Indonesia, penghilangan fonem dapat mengubah makna kata atau membuat kata sulit dipahami. Contohnya:
Penghilangan /a/:
Kata "pada" menjadi "pad." Dalam bentuk singkat seperti ini, mungkin artinya masih bisa dipahami dalam konteks tertentu, tetapi secara gramatikal bentuk tersebut kurang tepat dan dapat menimbulkan kebingungan.
Penghilangan /h/:
Kata "habis" menjadi "abis." Meskipun dalam komunikasi sehari-hari sering diterima, secara formal bentuk ini dianggap tidak baku dan mengubah kualitas fonetik kata tersebut.
Penghilangan /k/:
Kata "tidak" menjadi "tida." Penghilangan bunyi /k/ membuat kata terdengar kurang jelas, dan dalam beberapa dialek atau konteks informal, ini diterima, tetapi dalam bahasa baku bentuk ini tidak tepat.
Penghilangan fonem ini sering kali dipengaruhi oleh faktor kecepatan bicara atau dialek tertentu, tetapi tetap memiliki potensi untuk mempengaruhi kejelasan dan makna dalam komunikasi.
2. Penambahan Fonem
Penambahan fonem adalah proses menambahkan bunyi atau suara baru pada sebuah kata. Hal ini juga dapat mempengaruhi struktur dan arti kata tersebut dalam bahasa Indonesia. Contohnya:
Penambahan /a/:
Kata "simpan" menjadi "simpanan." Penambahan fonem /a/ diikuti oleh sufiks -an mengubah kata kerja menjadi kata benda, yang mengubah fungsi gramatikalnya dari tindakan menjadi objek.
Penambahan /e/:
Kata "bisa" menjadi "biasa." Meskipun hanya satu fonem yang berubah, kata tersebut mengalami pergeseran arti yang signifikan dari kemampuan untuk melakukan sesuatu (bisa) menjadi sesuatu yang lazim atau umum (biasa).
Penambahan /h/:
Kata "antu" menjadi "hantu." Penambahan fonem /h/ pada awal kata memberikan makna spesifik yang mengacu pada makhluk halus atau roh, menunjukkan betapa pentingnya satu fonem dalam menentukan arti kata.
Dampak Penghilangan dan Penambahan Fonem
Penghilangan dan penambahan fonem dapat berdampak besar pada arti, fungsi, dan penggunaan kata-kata dalam bahasa. Bahkan perubahan kecil bisa membuat kata tersebut memiliki makna yang berbeda atau bahkan membingungkan bagi pendengar. Hal ini penting dipahami, terutama dalam situasi formal atau ketika berusaha menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat.