Diskusi dan Tanya Jawab

Wafiq Afkarina(2023406403040)_UMPRI

Wafiq Afkarina(2023406403040)_UMPRI

by WAFIQ AFKARINA -
Number of replies: 0

Penghilangan fonem seperti /a/, /h/, atau /k/ dapat mengubah arti atau pengucapan sebuah kata. Penghilangan fonem dapat menyebabkan kesalahan dalam pengucapan dan pemahaman kata. 

 Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah, dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa pemendekan kata. 

 Penambahan fonem yang tidak diperlukan, seperti /a/, /e/, dan /h/, juga dapat mengakibatkan kesalahan fonologi. Penambahan fonem adalah penambahan fonem pada suatu morfem sebagai akibat pertemuan suatu morfem dengan morfem yang lain. 

 Proses morfofonemik dibagi menjadi empat, yaitu: Penambahan fonem, Penggantian fonem, Penggeseran fonem, Penghilangan fonem. Penghilangan dan penambahan fonem memang dapat mengubah arti atau pengucapan sebuah kata dalam bahasa Indonesia, bahkan bisa menimbulkan kebingungan. Berikut penjelasannya:

 1. Penghilangan Fonem:

 * Penghilangan /a/:

- Contoh: "makan" menjadi "makn" (dalam bahasa gaul).

- Dampak: Perubahan arti menjadi tidak jelas. "Makn" bisa diartikan sebagai "makan", "makna", atau bahkan kata lain yang mirip.

*Penghilangan /h/:

- Contoh: "hati" menjadi "ati", "habis" menjadi "abis".

- Dampak: Perubahan pengucapan, namun arti tetap sama. Namun, di beberapa daerah, penghilangan /h/ dapat merubah arti, seperti “hari” menjadi "ari" yang berarti “anak” di beberapa daerah di Jawa.

*Penghilangan /k/:

- Contoh: "anak" menjadi "an", "kata" menjadi "ata".

- Dampak: Perubahan arti dan pengucapan. "An" bisa diartikan sebagai "anak" atau "anjing", dan "ata" bisa diartikan sebagai "kata" atau "ata" (alat).

 2. Penambahan Fonem:

 *Penambahan /a/:

- Contoh: "rumah" menjadi "rumaha", "buku" menjadi "bukua".

- Dampak: Perubahan pengucapan, namun arti tetap sama. Namun, penambahan /a/ pada kata kerja bisa mengubah arti menjadi bentuk lampau. Misalnya, "makan" menjadi "makana" yang berarti "telah makan".

*Penambahan /e/:

- Contoh: "topi" menjadi "tope", "sapi" menjadi "sape".

- Dampak: Perubahan pengucapan, namun arti tetap sama. Namun, penambahan /e/ bisa menjadi salah satu ciri khas dialek tertentu.

- Penambahan /h/:

- Contoh: "aku" menjadi "haku", "dia" menjadi "hdia".

- Dampak: Perubahan pengucapan, namun arti tetap sama. Penambahan /h/ pada kata ganti orang pertama dan kedua bisa menjadi ciri khas dialek tertentu.

 Dampak Penambahan Fonem:

 - Perubahan Struktur Kata: Penambahan fonem dapat mengubah struktur kata, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami arti kata tersebut.

- Kesulitan Berkomunikasi: Perubahan fonem dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, terutama jika penutur memiliki dialek yang berbeda.

- Perubahan Arti: Dalam beberapa kasus, penambahan atau penghilangan fonem dapat mengubah arti kata, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.

 Contoh Real:

 - Penghilangan /k/ pada kata "anak" menjadi "an": Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, terutama jika seseorang tidak familiar dengan aksen atau dialek tertentu.

- Penambahan /h/ pada kata "aku" menjadi "haku": Hal ini dapat menjadi ciri khas dari dialek tertentu, dan dapat dianggap sebagai kesalahan oleh orang yang tidak terbiasa dengan dialek tersebut.

 Jadi dapat disimpulkan bahwa Penghilangan dan penambahan fonem dalam bahasa Indonesia bisa mengubah arti, pengucapan, dan struktur kata, yang dapat menimbulkan kebingungan dan kesulitan dalam komunikasi. Penting untuk memahami konteks dan dialek saat berkomunikasi agar dapat memahami arti yang dimaksud.